AKTIVITAS LARVASIDA JAMUR Metarhizium anisopliae TERHADAP LARVA Aedes aegypti DI LABORATORIUM DAN UJI COBA LAPANGAN
Abstrak
Penggunaan insektisida sintesis (kimiawi) dalam penanggulangan vektor nyamuk menimbulkan beberapa masalah diantaranya dapat menimbulkan kerugian terhadap manusia (keracunan), resistensi terhadap serangga dan terjadinya pencemaran lingkungan. Cara mengurangi kerugian dampak negatif tersebut, yaitu dengan mengembangkan insektisida alami secara nabati dan biologi. Keuntungan penggunaan insektisida alami yaitu tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia. Salah satu insektisida biologi yang digunakan adalah jamur Metarhizium anisopliae yang mempunyai potensi untuk mengendalikan serangga pada stadium larva. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari jamur Metarhizium anisopliae terhadap larva Aedes aegypti dibandingkan dengan larvasida standar Temephos di laboratorium dan di lapangan. Sampel berupa telur nyamuk dari spesies Aedes aegypti yang diperoleh dari Loka Litbang P2B2 Ciamis kemudian dibiakan menjadi larva instar III. Strain jamur Metarhizium anisopliae diperoleh dari Balai Proteksi Tanaman dan Perkebunan (BPTP) Ujung Berung, dibuat dalam berbagai konsentrasi melalui uji pendahuluan. Uji coba di lapangan dilakukan dalam skala kecil dengan cara meletakan tempat perindukan nyamuk (ovitrap). Aktivitas larvasida diukur dari jumlah kematian larva (LC50). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas larvasida jamur Metarhizium anisopliae dengan jumlah kematian larva 50% (LC50) di laboratorium dan uji coba di lapangan terdapat pada konsentrasi 10-1 dengan jumlah spora di laboratorium sebesar 109.200 spora dan di lapangan adalah sebesar 81.750 spora. Hasil penelitian ini diharapkan Metarhizium anisopliae dapat digunakan sebagai insektisida alternatif untuk pengendalian vektor DBD.
Artikel teks lengkap
Referensi
2. Riyadi S, Satoto TBT. Hubungan Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Status Kerentanan Nyamuk Aedes aegypti di Daerah Endemis Kabupaten Purbalingga. Ber Kedokt Masy. 2017;33(10):459. doi:10.22146/bkm.25941
3. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Demam Berdarah Dengue. IndoDATIN. Published online 2018. https://pusdatin.kemkes.go.id/
4. Chintkuntlawar PS, Pramanik A, Solanki R, et al. Metarhizium anisopliae: New Trend Entomopathogenic Fungus for Management of Sucking Pests in Vegetable Crops. Pop Kheti. 2015;1(1):98-101.
5. Even Supandi Sitinjak. Uji Efektifitas Jamur Entomopatogenik Metarhizium anisopliae dan Beauvaria bassiana Terhadap Mortalitas Larva Tanduk (Oryctes rhinoceros) pada Chipping Batang Kelapa Sawit. Univ MEDAN AREA. Published online 2018.
6. Istiana, Heriyani F, Isnaini. Status kerentanan larva Aedes aegypti terhadap temefos di Banjarmasin Barat. J Buski. 2012;4(2):53-58. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/buski/article/view/2916/2101
7. World Health Organization. WHO Specifications and Evaluations For Public Health Pesticides, Temephose. Published online 2007:1-17.
8. Ni Luh Putu Manik Widiyanti* SM. Uji Toksisitas Metarhizium anisopliae Terhadap Larva Nyamuk Aedes Aegypti. Fak Pendidik MIPA IKIP Negeri Singaraja. 2004;XIV:25-30.
9. Sofiana L, Rahman MS. Perbedaan Status Kerentanan Nyamuk Aedes Aegypti Terhadap Malathion Di Kabupaten Bantul Yogyakarta. J Kesehat Masy. 2016;11(2):302. doi:10.15294/kemas.v11i2.4164
10.Vivekanandhan P, Swathy K, Kalaimurugan D, et al. Larvicidal toxicity of Metarhizium anisopliae metabolites against three mosquito species and non-targeting organisms. PLoS One. 2020;15(5):1-18. doi:10.1371/journal.pone.0232172
Penulis

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.